Kamis, 15 Maret 2012

Pengendalian Otak dan Emosi Melalui Fisik

PENGENDALIAN OTAK DAN EMOSI
MELALUI PENGENDALIAN FISIK


Pengendalian fisiologis (fisik, tubuh, anggota badan) terbukti dapat mengendalikan emosi dan otak manusia.
Berikut ini akan disarikan peranan Neuro Linguistic Programming dalam buku Brainware Management oleh Taufik Baharudin, 2000, halaman 332 – 354.
Manusia tidak dapat mengekspresikan perasaannya (emosinya) tanpa disertai disertai perubahan (gerakan) fisik – anggota badan. Misalnya : ketika marah wajahnya pasti memerah ketika sedih akan meneteskan air mata, dan ketika gembira akan banyak tersenyum.
Disamping itu manusia tidak dapat melakukan perubahan (menggerakkan) fisik – jasmaninya apabila tidak dengan mengubah pikiran (kognitif).
Mengubah fisik/ fisiologis merupakan cara untuk mengendalikan otak, mengubah fisik – tubuh dengan gerakan tertentu dapat mengubah secara cepat suatu situasi (keadaan).
1.      Kondisi seseorang sedih dan lesu dapat diubah dengan segara mengangkat kepada, badan tegap, tetap tersenyum dan memelihara nafas secara efektif.
2.      Meski seseorang telah memasuki umur 40- 50 tahun, tapi tetap bekerja keras, berupaya bergerak secara enerjik, langkah – langkahnya tetap tegar, maka ia akan tetap segar dan stabil.
Lain halnya apabila ketika menganggap / meyakini bahwa dirinya memang sudah tua. Maka semangatnya pun menjadi turun, fisiknya betul – betul melemah, cepat lelah dan proses menuanya pun menjadi cepat.
3.       Contoh lain adalah depresi (stres berat). Depresi sebetulnya hanyalah akibat bukan penyebab. Depresi terjadi karena proses internal pikiran yang “disetujui” secara fisiologis. Gambaran fisiologis orang yang sedang stres berat / depresif adalah bahunya menurun, muka tertunduk, wajah murung, pandangan mata kosong, detak jantung dan aliran darah pun tidak maksimal.
Padahal depresi dapat dicegah (diminimalisasi) dengan gerakan – gerakan fisiologis untuk     “menolak” perilaku depresif tersebut. Tampillah dengan mengubah posisi tubuh, kepala, leher dan bahu tegak, muka terbuka, wajah disunggingkan senyum, pandangkan mata terarah tarik nafas dalam – dalam(ingat olahraga/seni pernafasan) dan gerak demi gerak lakukanlah dengan bertenang energik.
Cara ini membuat otak menerima pesan tubuh/fisik untuk “bangun” membentuk biokimia dan  mengerahkan sumber energinya.
4.       Proses penyembuhan dari sakit juga bekerja dengan mekanisme – mekanisme seperti di atas. Sehingga didapat ada orang – orang yang cepat sembuh dana dapat yang lambat.

Pengendalian yang baik atas fisik / fisiologis dapat meningkatkan / membangun pola pikir. Pola pikir yang positif dan produktif selanjutnya mendorong perilaku optimis dalam meraih kualitas hidup optimal.
Kesalahan antara tubuh (fsik), kerja otak dan emosi sangat penting untuk menggerakkan energi yang ada pada tubuh secara optimal. Bila “pesan” yang dibangkitkan oleh fisik / tubuh kualitasnya loyo, lemah, maka otak juga sulit menerima dan mengolahnya untuk bermobilitas.
Dalam hal ini, keterampilan komunikasi sangat penting. Dimulai dari komunikasi internal dengan diri sendiri, dilanjutkan dengan membangun komunikasi secara eksternal dengan orang lain.

Tiga pilar dalam mengendalikan tingkah laku
 


  Dimana ada kemauan di situ ada jalan
Pilar pertama, keyakinan dasar (belief); yaitu apa yang diyakini seseorang aka menentukan apa – apa yang dapat dicapainya.
 
1. Keyakinan dapat menjadi kekuatan untuk menciptakan dan menghasilkan sesuatu. Keyakinan akan membangun rasa kepastian (the feeling of certainty) dan rasa pasti (sense of centainty).
Keyakinan bisa mempengaruhi emosi, tindakan, fisik / tubuh. Keyakinan akan membuat otak menerima perintah pada sistem syaraf yang mengatur terjadinya perubahan biokimia dan selanjutnya mendorong mekanisme kerja. Keyakinan dapat menguasai segala aspek kehidupan, baik menjadi positif maupun negatif.
 
2.    Pilar kedua, cara mengorganisasikan pikiran (sintaksis mental). Sintaksis adalah cara menempatkan panca indera sebagai satu kesatuan terpadu terhadap pengamatan eksternal untuk selanjutnya dibawa ke internal diri kita.
Contoh sintaksis mental
Pada orang tertentu, cara otak merekam nomor 10 digit dengan membagi 3 kelompok angka yakni xxxx-xx-xxxx atau xxx-xxxx-xxx. Bila cara ini diubah akan mengalami kesulitan.
Dalam merekam informasi yang masuk, setiap orang punya organisasi berfikir / strategi berpikir tertentu.
Maka dalam berkomunikasi dengan seseorang, kita harus mengenal sintaksis mentalnya.
 
3.      Pilar ketiga adalah fisik atau tubuh.
Otak dan tubuh terkait secara menyeluruh satu sama lain.
-   Cara kita menggerakkan fisik (bernafas, ekspresi wajah, gerakan anggota badan, nada suara) secara langsung mencerminkan emosi dan posisi otak.
-   Emosi dan posisi otak akan menentukan bagaimana pola – pola perilaku terjadi.

Ada dua posisi otak dalam bekerja :
a.       Posisi otak secara positif (misalnya : yakin diri / percaya diri, cinta, gembira) akan memberikan kekuatan – kekuatan pada diri.
b.       Posisi otak secara negatif (misalnya : rasa takut, galau, cemas, sedih, bingung, stres, frustasi, depresi) akan membuat diri kita lemah atau “lumpuh”.

Kedua jenis posisi otak tersebut akan mendapat konfirmasi                (penegasan / penyambutan) dari unsur fisik / tubuh atau tidak. Apabila tidak disambut / tidak dikonfirmasikan oleh otak (positif – negatif) tersebut juga melemah.
Misalnya : Apabila kita sedang sedih (otak pada posisi negatif) tetapi secara fisik kita menolak dengan tetap aktif / energik, maka rasa sedihpun melemah dan bisa hilang.

Apabila kita gembira (otak pada posisi positif) dan secara fisik kita juga menyambut, misalnya dengan wajah berbinar – binar, tepuk tangan, mengangkat bahu, melompat dan sejenisnya, maka akan tercapai rasa gembira yang optimal.

Perubahan fisik – fisiologis yang selanjutnya mempengaruhi perubahan kimiawi otak ini, adalah melalui 5 indera penglihatan, pendengaran, perasaan (lidah), penciuman, dan rasa sentuhan (perabaan kulit). Kelima indera itulah yang dalam konteks ini disebut sebagai lima jendela / pintu untuk masuk ke otak dan untuk berkomunikasi dan memahami perasaan / posisi otak orang lain.
Dari kelima jendela itu (disebut juga lima modalitas), dalam praktiknya yang paling banyak berperan ialah 3 modalitas saja, yaitu penglihatan (visual), Pendengaran (auditorial), perasan/gerak (kinestetik).
http://www.google.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar