Kamis, 15 Maret 2012

Siapa saya?


 SIAPA SAYA?


Mengapa konsep diri dan pemahaman diri menjadi penentu tingkah laku seseorang ?

“Tak tahu diri kamu !!”
Demikian ungkapan negatif yang biasa muncul dalam pergaulan. Agaknya ungkapan itu menggambarkan sebuah petaka, yang sebenarnya tidak perlu terjadi dan dapat dihindari. Bagaimanapun tidak seorang pun rela dicap seperti itu. Lalu masalahnya sekarang, “Sudah tahu dirikah Anda?”

URGENSI PEHAMAMAN DIRI

Pemahaman diri (self understanding) adalah hal yang sangat prinsip dalam kehidupan ini. Selain untuk memahami dan bergaul dengan orang lain, pemahaman diri akan menentukan upaya pengarahan dan pengembangan diri, termasuk penyesuaian diri, pemecahan masalah pribadi – sosial, saling menerima dan menghargai orang lain, membuat perencanaan pendidikan dan karier, dan sebagainya.


SIAPA DIRIMU ?
Diri adalah seperangkat proses atau ciri – ciri yang meliputi proses fisik, perilaku dan psikologis. Banyak aspek yang ada pada diri, antara lain :
1.    Diri fisik, meliputi tubuh dan anggotanya serta proses – proses didalamnya.
2.  Diri sebagai proses, berupa alur dan arus fikiran, emosi dan tingkah laku yang    konstan.
3.  Diri sosial adalah fikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon orang lain dan masyarakat sebagai satu kebulatan.
4.  Konsep diri yaitu gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang tentang dirinya.
5.   Cita – cita, yaitu suatu angan – angan tentang apa yang diinginkan dari diri ini.
Dalam pembahasan ini akan difokuskan pada konsep diri, karena konsep diri itu bakal menentukan bagaimana seorang individu bertingkah laku.
 
Konsep Diri
Konsep diri adalah potret diri mental atau keseleuruhan pandangan tentang diri sendiri. Bagaimana seseorang melihat, menilai, menyikapi dirinya sendiri.
Konsep diri memiliki tiga dimensi utama, yakni :
1.    Pengetahuan tentang Diri Sendiri.
Dalam benak seseorang berjajar daftar sebutan / ciri tentang siapa dirinya.
Misalnya : Saya adalah Santi, 16 tahun Kelas 2 SMA, pendiam, mudah tersinggung, cukup pandai dan seterusnya.
        Sejauh mana ia tahu tentang dirinya, semakin panjanglah daftar itu. Dan ini, memang berkembang terus.

2.  Pengharapan terhadap diri, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa diri di masa mendatang.
Pengharapan terhadap diri ini disebut juga dengan “diri ideal” Diri ideal setiap orang berbeda – beda, misalnya ada yang ingin menjadi dokter, pengacara terkenal, pengusaha sukses dan sebagainya.

3.      Penilaian terhadap Diri Sendiri
Sadar atau tidak seetiap saat, kita menilai diri sendiri, khususnya menilai setiap tingkah laku ini.
Misalnya : Tingkah laku saya (berupa nilai rapor 5,5) ini sudah sesua dengan harapan (diri ideal yakni merintis jurusan IPA untuk selanjutnya menjadi dokter) apa belum ?
Hasil penelitian antara harapan dan kenyataan / gambaran diri itu akan menghasilkan harga diri. Semakin lebar ketidaksesuaian antara gambaran diri saat ini dengan gambaran diri yang diharapkan maka semakin rendahlah harga dirinya.
Sebaliknya orang yang hidupnya sesuai atau mendekati standar harapannya, menyukai diri dan kegiatan – kegiatannya maka semakin tinggi harga dirinya.





Konsep Diri dan Harga Diri

Dalam dinamikanya, konsep diri dipilah menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1.     Konsep diri positif, ialah pengetahuan yang lapang dan lua tentang diri sendiri, dapat menerima diri apa adanya, dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Ia tidak cemas menghadapi informasi baru (baik / buruk) tentang dirinya. Harapan – harapan yang diinginkan sangat masuk akal untuk dicapai. Bila seorang individu memiliki konsep diri positif, ia akan punya harga diri tinggi.
2.    Konsep diri negatif, adalah pengetahuan tentang dirinya tidak tepat, terlalu sempit, harapan – harapannya tidak masuk akal, baik dibawah standar maupun terlalu diatas standar. Orang yang demikian ini, akan memiliki harga diri yang rendah, minder – rendah diri atau tinggi hati – sombong.

Mengenal Kepribadiannya Sendiri
Bahwa kepribadian berasal dari kata Personality ( Bhs. Inggris) yang berasal dari kata Persona (Bhs. Latin) yang berarti kedok atau topeng.
Topeng sering dipakai oleh pemain panggung untuk menggambarkan perilaku / pribadi seseorang yang baik ataupun yang buruk.
Misal seseorang yang berperilaku yang buruk, serakah, angkara murka akan ditopenkan dengan gambar raksasa.
Sedang pribadi seseorang yang berperilaku berbudi luhur, suka menolong, berani berkorban akan ditopengkan dengan gambar kesatria.
Dalam kehidupan masyarakat banyak orang memakai topeng untuk mendapatkan kedudukan, penghasilan, prestasi dsb meskipun perbuatan itu tidak sesuai dengan hakekat kepribadiannya.
Hakekat hidup manusia selalu memakai topeng untuk menutupi kehidupan batiniah (pendapat CB. Yung), maka ia tidak akan pernah berlaku wajar sehingga tidak mengenal siapakah dirinya, apa bakat dan kemampuannya dan apa pula kelemahannya.
Tetapi apabila seseorang mau melepaskan topengnya maka ia akan melihat siapa dirinya dengan segala kekuatan dan kelemahannya dan bakatnya sehingga ia akan menemukan ketenangan hidupnya.
Jadi kepribadian (personality) adalah merupakan suatu kebulatan, kebulatan itu bersifat kompleks.
Kompleksnya karena banyak faktor – faktor dalam dan faktor – faktor luar yang menentukan atau suatu totalitas yang kompleks dari individu yang nampak dalam tingkah lakunya.
Fungsi batin terhadap pembentukan kepribadian batin atau hati nurani akan berfungsi sebagai hakim yang adil, sebagai pengontrol yang kritis sehingga manusia sering mengalami konflik batiniah yang menimbulkan rasa tanggung jawab seseorang, bertindak yang mendorong manusia untuk segera minta maaf apabila bersalah.
Terlalu sering melakukan perbuatan yang bertentangan dengan suara batin, didalam kehidupan sadar hanya akan menyebabkan pecahnya pribadi seseorang yang menimbulkan konflik jiwa.
Perpecahan jiwa ini kalau dibiarkan berlarut – larut akan menyebabkan timbulnya suatu penyakit yang oleh Stekel disebut psikhoneurosa.
Disamping sebagai alat pengontrol batin berfungsi pula sebagai alat pembimbing untuk membawa pribadi kearah pribadi yang mudah dikenal oleh masyarakat.
Misalnya :  -     Pribadi yang bertanggung jawab
-          Pribadi yang berdisiplin
-          Pribadi yang konsekuen
-          Pribadi yang adil dsb
Dikenalnya seseorang memiliki pribadi berarti tumbuhnya wibawa orang itu sendiri. Wibawa inilah yang diperlukan dalam setiap kehidupannya.

Selamat membaca semoga ilmu ini dapat bermanfaat untuk anda dalam memahami diri sendiri.Trimakasih.
http://www.google.co.id/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar